Monday, July 18, 2011

RASIONALITAS

Karena online itu terlalu menyenangkan dan saya tetap harus belajar untuk menghadapi ujian skripsi, saya mencoba menggabungkan keduanya menjadi suatu aktivitas yang tetap menyenangkan. Sedikit sharing tentang apa yang saya baca dari buku Teori Tindakan Komunikatif karya Jurgen Habermas, yang memaparkan tentang konsep rasionalitas dan argumentasi, yang saya gunakan dalam penelitian saya tentang "Analisis Isi Komentar Pembaca Menanggapi Pemberitaan Konflik Ahmadiyah di Situs Berita www.kompas.com dan Social Media Kompasiana sebagai Bentuk Deliberasi Publik."

Ketika menggunakan istilah rasional, kita mengandaikan adanya suatu hubungan erat antara rasionalitas dan pengetahuan. Pengetahuan kita memiliki struktur proporsional; apa yang diyakini dapat direpresentasikan dalam bentuk pernyataan. Rasionalitas sendiri lebih berhubungan dengan bagaimana subjek yang berbicara dan bertindak, memperoleh dan menggunakan pengetahuan ketimbang dengan memiliki pengetahuan.[1]

Suatu ekspresi dapat dikatakan telah memenuhi syarat rasionalitas jika dan selama dia mengandung pengetahuan yang bisa salah dan punya kaitan dengan dunia objektif (hubungan dengan fakta) serta terbuka bagi penilaian objektif. [2]

Kita menggunakan istilah argumentasi untuk menyebut tipe-tipe wicara di mana partisipan mentematisasikan klaim validitas yang tengah diperdebatkan dan mereka berusaha membenarkan atau mengkritik melalui argumen. Argumen berisi alasan atau dasar yang terkait secara sistematis dengan klaim validitas suatu ekspresi yang bermasalah. “Kekuatan” argumen pada konteks tertentu diukur berdasarkan masuk akalnya alasan; itu dapat dilihat, di antaranya, dalam kemampuan suatu argumen meyakinkan partisipan dalam diskursus, yang bertujuan memotivasi mereka agar mau menerima klaim validitas tersebut.

Siapapun yang berpartisipasi di dalam argumen memperlihatkan kerasionalannya lewat cara dia mengajukan dan menanggapi alasan-alasan yang diajukan untuk mendukung atau menentang klaim. Jika dia “membuka diri untuk perdebatan,” maka dia pun akan mengakui kekuatan alasan-alasan tersebut atau berusaha menanggapinya, dan dalam kedua cara itulah dia menyikapinya dengan sikap yang “rasional”. Sebaliknya, jika dia “menutup diri dari perdebatan,” dia akan mengabaikan alasan yang berlawanan dengannya atau menanggapinya dengan pernyataan yang dogmatis, dan dalam kedua cara itulah dia gagal menghadapi isu-isu ini secara “rasional.”[3]

Dengan terbukanya kemungkinan ekspresi-ekspresi rasional untuk dijelaskan, maka di pihak orang yang berperilaku rasional, terdapat keinginan untuk membuka diri bagi kritik, dan jika diperlukan, berpartisipasi di dalam argumentasi.



[1] Jurgen Habermas, Teori Tindakan Komunikatif I Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat (Yogyakarta, :Kreasi Wacana, 2006). h.10.

[2] Ibid., h.12.

[3] Ibid., h.23.

2 comments:

  1. Mbak Maria, apa bisa di-share juga mengenai penelitian yang sudah Mbak lakukan? tengkyu b4 :)

    ReplyDelete
  2. sblm terimakasih sudah membaca posting saya.. secara spesifik saya tidak meneliti ttg tindakan komunikatif, namun teori itu saya gunakan sbg pisau analisis utk penelitian saya.. saya baru saja memposting abstrak penelitian saya.. jika Anda ingin tau lebih lanjut, bisa kontak saya lewat e-mail.. terimakasih :)

    ReplyDelete